Welcome to robisatriawan.blogspot.com

Sunday, June 15, 2014

Peresean Lombok

Salah satu dari banyaknya upacara adat Lombok yang menyimbulkan keberanian dan kejantanan pemuda suku Sasak adalah Peresean. Seni tarung adu ketangkasan dengan menggunakan tongkat penjalin (rotan) dan ende ( perisai ) ini merupakan seni tarung yang memiliki nilai-nilai seni dan filosofi yang tinggi. Upacara Peresean biasanya diadakan pada musim kemarau untuk memohon hujan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, Peresean tidak lagi diadakan hanya pada musim kemarau. Kini Peresean kerap diadakan pada perayaan adat ataupun upacara-upacara nasional seperti ulang tahun kemerdekaan , bahkan terkadang diadakan dalam rangka memperingati upacara pihak instansi atau kelompok tertentu.

Selain untuk mengenang legenda Ratu Mandalika,dalam peresean ini juga mengandung nilai adalah bagaimanaseorang pemuda suku Sasak mampu menjaga harga dirinya karena ajang peresean merupakan tempat untuk para pemuda suku Sasak yang memiliki ketangguhan, ketangkasan dan keberanian yang sangat tinggi di hadapan penonton.Dengan di saksikan masyarakat umum , maka petarung sangatlah di tuntut untuk bertarung secara sportif, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk dan curang. Dengan demikian maka para petrung tersebut akan di pandang oleh masyarakat Lombok sebagai petarung yang punya kemampuan , keberanian dan harga diri.
Upacara Peresea ini juga terkenal dengan nilai-nilai kesakralannya . Pertarungan ini dikenal sebagai upacara dan doa memohon kepada Tuhan agar menurunkan hujan pada musim kemarau. Masyarakat suku Sasak percaya semakin banyak petarung yang mengeluarkan darah dalam pertarungan peresean, maka hujan pun akan segera turun dengan derasnya.


Peresean merupakan seni pertarungan yang dilakukan oleh dua orang laki-laki suku Sasak. Petarung ini biasa disebut “pepadu” dalam istilah peresean itu sendiri. Selama kedua petarung tersebut saling uji ketangkasan, pertarungan akan terus diawasi oleh wasit ( pekembar ). Dalam peresean ,pekembar berjumlah dua orang.yakni pekembar “sedi” (wasit yang mengawasi jalannya peresean dari luar arena ) dan pekembar tengah (wasit yang mengawasi jalannya peresean di tengah arena ). Selama upacara berlangsung inilah para petarung saling serang menggunakan tongkat rotan dan saling menangkis menggunakan perisai yang terbuat dari kulit kerbau yang sangat tebal. Keberanian, ketangguhan, dan ketangkasan petarung akan terus di uji selama upacara peresean ini berlangsung.


Yang unik dari upacara ini adalah sebelum bertarung,para petarung sama sekali tidak memiliki persiapan dan tidak mengetahui siapa yang akan menjadi lawan tarungnya, dan juga selama proses tersebut akan di perdengarkan alunan musik khas suku Sasak. Petarung harus menghentikan peresean untuk sementara menari-nari mengikuti alunan music yang dimainkan. Meskipun peresean dikenal sebagai seni adu ketangkasan, tidak jarang petarung yang mengeluarkan darah ataupun luka akibat pukulan rotan (penjalin ) Nilai-nilai kesabaran, rendah hati dan saling menghormati sangatlah kental pada peresean ini. Setiap selesai pertarungan, para petarung kemudian saling berpelukan dan saling memaafkan seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Bagi Anda yang berkunjung ke kota Mataram, akan disuguhkan dengan upacara peresean ini jika beruntung, mengingat pelaksanaannya yang tidak dilakukan setiap hari. Namun sebelum berkunjung ada baiknya Anda menyimak agenda-agenda Dinas Pariwisata kota Mataram atau bertanya langsung pada agen perjalanan Anda mengenai waktu dan tempat upacara peresean ini akan diadakan atau mungkin sedang berlangsung.

No comments:

Post a Comment